Hukum dan keamanan
Sampai sekarang, masih banyak aturan-aturan hukum yang tidak berjalan serta tidak dihargainya para aparat penegak hukum, misalnya belum ditegakkannya hukum bagi Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Kesemuanya ini akan menghambat perkembangan open source, karena dengan mudah dan murahnya orang memperoleh software-software proprietary maka software-software open source tidak akan diterima oleh masyarakat umum.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai open source
Software-software open source umumnya hanya dikenal oleh kalangan tertentu saja, hal ini disebabkan belum gencarnya media Indonesia memberitakan mengenai gerakan open source ini. Akibatnya masyarakat secara umum belum mengetahui gerakan ini. Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat lebih memilih software-software proprietary yang umumnya lebih dikenal, mudah didapat, dan murah harganya karena merupakan produk bajakan.
Kemudahan bagi masyarakat awam
Umumnya software-software open source tidak dilengkapi dengan dokumentasi yang sesuai untuk dibaca oleh masyarakat awam karena bersifat teknis dan umumnya ditulis dalam bahasa Inggris, sehingga tentu saja akan menyulitkan mereka. Oleh karena software-software open source lebih bersifat developer oriented, seringkali aspek user kurang diperhatikan, akibatnya pemakai kesulitan dalam menggunakan software-software tersebut. Selain itu informasi-informasi untuk software-software tertentu tersebar di banyak tempat, sehingga seorang pemakai bila ingin mengetahui informasi-informasi tersebut, ia harus mencari di Internet dan pencarian ini relatif menyulitkan bagi masyarakat awam.
Sulitnya memperoleh software-software open source
Distribusi software-software open source umumnya dilakukan melalui Internet. Akan tetapi karena koneksi Internet yang ada di Indonesia masih sangat memprihatinkan, maka tidak semua orang memiliki akses terhadap Internet dan bila pun memiliki akses, reliabilitas-nya sangat rendah, sehingga akan sangat sulit untuk mengambil (men-download), software-software yang berukuran besar, misalnya aplikasi StarOffice 5.1 berukuran kurang lebih 50MB. Bila software-software tersebut tersedia di para pedagang, umumnya merupakan software-software distribusi Sistem Operasi yang terkenal, misalnya RedHat Linux, SuSe Linux, sehingga untuk mereka yang memiliki kebutuhan yang berbeda akan timbul masalah.
Belum adanya dukungan dari dunia pendidikan
Berkat kemudahan memperoleh software-software proprietary bajakan, para mahasiswa dan dosen tidak merasa perlu menggunakan software-software open source, karena tidak ada paksaan. Akibatnya mereka tidak menghargai software-software open source, meskipun software-software tersebut sangat baik. Selain itu, di dalam diri mereka tidak ada niat untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat, yang mereka utamakan adalah bagaimana cara memperoleh uang. Bila hal ini terus terjadi, maka di masa mendatang, dunia pendidikan Indonesia akan sangat tertinggal dari negara-negara yang menghargai HaKI dan menggunakan software-software open source. Karena dengan menggunakan software-software open source dunia pendidikan akan memperoleh manfaat.
Belum adanya dukungan dari pihak pemerintah.
Saat ini dukungan pemerintah secara nyata belumlah terlihat. Untuk mendapatkan dukungan pemerintah sebagaimana yang ada di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat seperti Jerman dan Perancis, hampir tidak mungkin, karena adanya keterbatasan dana dan permasalahan lain yang harus dihadapi pemerintah.
Source : http://hendrolim.wordpress.com/2008/11/22/kendala-yang-dihadapi-open-source-software-di-indonesia/
Sampai sekarang, masih banyak aturan-aturan hukum yang tidak berjalan serta tidak dihargainya para aparat penegak hukum, misalnya belum ditegakkannya hukum bagi Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Kesemuanya ini akan menghambat perkembangan open source, karena dengan mudah dan murahnya orang memperoleh software-software proprietary maka software-software open source tidak akan diterima oleh masyarakat umum.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai open source
Software-software open source umumnya hanya dikenal oleh kalangan tertentu saja, hal ini disebabkan belum gencarnya media Indonesia memberitakan mengenai gerakan open source ini. Akibatnya masyarakat secara umum belum mengetahui gerakan ini. Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat lebih memilih software-software proprietary yang umumnya lebih dikenal, mudah didapat, dan murah harganya karena merupakan produk bajakan.
Kemudahan bagi masyarakat awam
Umumnya software-software open source tidak dilengkapi dengan dokumentasi yang sesuai untuk dibaca oleh masyarakat awam karena bersifat teknis dan umumnya ditulis dalam bahasa Inggris, sehingga tentu saja akan menyulitkan mereka. Oleh karena software-software open source lebih bersifat developer oriented, seringkali aspek user kurang diperhatikan, akibatnya pemakai kesulitan dalam menggunakan software-software tersebut. Selain itu informasi-informasi untuk software-software tertentu tersebar di banyak tempat, sehingga seorang pemakai bila ingin mengetahui informasi-informasi tersebut, ia harus mencari di Internet dan pencarian ini relatif menyulitkan bagi masyarakat awam.
Sulitnya memperoleh software-software open source
Distribusi software-software open source umumnya dilakukan melalui Internet. Akan tetapi karena koneksi Internet yang ada di Indonesia masih sangat memprihatinkan, maka tidak semua orang memiliki akses terhadap Internet dan bila pun memiliki akses, reliabilitas-nya sangat rendah, sehingga akan sangat sulit untuk mengambil (men-download), software-software yang berukuran besar, misalnya aplikasi StarOffice 5.1 berukuran kurang lebih 50MB. Bila software-software tersebut tersedia di para pedagang, umumnya merupakan software-software distribusi Sistem Operasi yang terkenal, misalnya RedHat Linux, SuSe Linux, sehingga untuk mereka yang memiliki kebutuhan yang berbeda akan timbul masalah.
Belum adanya dukungan dari dunia pendidikan
Berkat kemudahan memperoleh software-software proprietary bajakan, para mahasiswa dan dosen tidak merasa perlu menggunakan software-software open source, karena tidak ada paksaan. Akibatnya mereka tidak menghargai software-software open source, meskipun software-software tersebut sangat baik. Selain itu, di dalam diri mereka tidak ada niat untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat, yang mereka utamakan adalah bagaimana cara memperoleh uang. Bila hal ini terus terjadi, maka di masa mendatang, dunia pendidikan Indonesia akan sangat tertinggal dari negara-negara yang menghargai HaKI dan menggunakan software-software open source. Karena dengan menggunakan software-software open source dunia pendidikan akan memperoleh manfaat.
Belum adanya dukungan dari pihak pemerintah.
Saat ini dukungan pemerintah secara nyata belumlah terlihat. Untuk mendapatkan dukungan pemerintah sebagaimana yang ada di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat seperti Jerman dan Perancis, hampir tidak mungkin, karena adanya keterbatasan dana dan permasalahan lain yang harus dihadapi pemerintah.
Source : http://hendrolim.wordpress.com/2008/11/22/kendala-yang-dihadapi-open-source-software-di-indonesia/
0 komentar:
Posting Komentar