Nama Susno Duadji tiba-tiba saja menjadi terkenal. Hampir tiap hari berita dan fotonya menghiasi halaman depan surat kabar nasional dan wajahnya selalu tampil di teve.
Apalagi Kamis (5/11) pagi ini Komjen Susno Duaji resmi mundur sebagai Kabareskrim atau 'Trunojoyo 3' berkaitan dengan dibukanya transkip rekaman keterlibatannya dalam kasus buronan Anggoro yang dibuka oleh Mahkamah Konstitusi.
Siapakah Susno?
Di jajajaran kepolisian namanya tidak begitu populer dibandingkan Ketua BNN Komjen Gories Merre atau Irjen Anton Bachrul Alam, mantan Kapolda Jawa Timur.
Susno adalah lulusan Akabri bagian Kepolisian 1977. Nama bapak dua anak ini mulai dikenal saat menjabat sebagai Kepala Polda Jawa Barat. Pada 30 Januari 2008, Susno menyatakan perang melawan pungutan liar dalam pelayanan lalulintas. Katanya, tak perlu ada lagi setoran dan tak perlu ingin kaya karena dari gaji saja sudah cukup.
"Kalau mau kaya jangan jadi polisi tetapi pengusaha. Ingat, kita ini pelayan masyarakat. Bukan sebaliknya yang ingin dilayani," katanya di depan perwira se-Polda Jawa Barat.
Terlahir sebagai anak kedua dari delapan bersaudara Ny Siti Aman dan Duadji, anak sopir ini masuk Akabri Kepolisian. Setelah lulus, karirnya lebih banyak dihabiskan di bidang lalulintas.
Meski begitu ia pernah menjabat sebagai Wakapolresta Yogyakarta, Kapolres Maluku Utara, Kapolres Ambon, Kapolres Madiun, dan Kapolresta Malang. Pangkat Kombes diperoleh saat menjadi Kepala Bidang Penerapan Hukum Divisi Pembinaan Hukum Polri.
Dalam jabatan itu, Susno sempat terlibat dalam proses pembantukan KPK sebagai perwakilan unsur kepolisian. Ia pun bertugas di Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) hingga posisi Wakil Ketua PPATK dan pangkatnya menjadi Inspektur Jenderal (Irjen). Selanjutnya, Kapolri pun menunjuknya sebagai Kapolda Jabar.
Pada 11 Oktober 2008, ia dilantik menduduki kursi 'Trunojoyo 3' alias Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Markas Besar Kepolisian RI.
Pelantikan ini mendapat sorotan tajam. Kala itu, Indonesia Police Watch menilai pria kelahiran Pagaralam, Sumsel, 1 Juli 1954 ini tak cukup mumpuni memimpin korps reserse se-Indonesia. Ia dianggap tak kaya pengalaman di bidang reserse.
Namun, Kapolri membela adik kelasnya yang berbeda tiga tahun itu. Saat Susno naik pangkat menjadi Komisaris Jenderal, 12 November 2008, Bambang menyebut Susno sebagai sosok yang, "konsisten keras, tegas dan tidak kompromis dengan pelaku kejahatan."
Susno pula yang mempopulerkan istilah Polri sebagai 'buaya' dan KPK sebagai 'cicak'.
Source : inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar