Bank Indonesia dalam memilih desain mata uang tidak sembarangan. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Rochadi, pemilihan desain ini telah melalui proses panjang bahkan termasuk hak cipta dan penelitian nilai sejarah.
Kenapa angklung dan Gedung Sate? kata Budi, karena dua ikon ini menjadi ciri khas daerah masing-masing yang mengandung unsur kebudayaan suatu daerah di Indonesia.
“Untuk logam (angklung) tidak ada masalah karena gambarnya kecil,” kata Budi di kantor Bank Indonesia, Bandung, 20 Juli 2010.
“Mengapa tidak reog? karena ‘medeni’ (menakutkan), jadi tadinya kami sudah coba-coba. Kalau dikecilkan tidak kelihatan, tapi kalau di besarkan ‘Medeni’,” kata Budi dengan gaya bercanda.
Namun demikian, kata Budi, kedepan Bank Indonesia juga akan mulai mencetak hal-hal lain, misal dengan alat musik seperti angklung. “Ini concern kita semua dalam mata uang sehingga dunia tahu ini musik Indonesia,” katanya.
Tahun ini Bank Indonesia juga berencana mencetak uang dengan ikon binatang atau flora. “Ini merupakan suatu perubahan cara kerja kita begitu uang diluncurkan maka publik bisa menukar uang itu di bank mana saja,” katanya.
Gambar angklung dipakai dalam mata uang pecahan baru Rp1000 yang diluncurkan oleh Wakil Presiden Boediono di Bandung, 20 Juli 2010. Sedangkan, untuk mata uang pecahan baru Rp10.000, gambar yang digunakan adalah sultan Badaruddin II dan rumah khas limas, Palembang.
Source : VIVAnews or http://ruangberita.com/
0 komentar:
Posting Komentar