PARTNER

Selasa, 23 Februari 2010

Selly Menipu Hanya untuk Senang-senang

Menipu, bagi Sel (25) diakui tampaknya bukan lagi pekerjaan yang salah. Ketika dimintai keterangan di Posko Satpam Kompas Gramedia, Kamis (7/1/2010) malam ini, tak ada raut penyesalan atau rasa bersalah. Duduknya tenang sekali, matanya juga tak takut menatap lawan bicaranya, termasuk para korban yang pernah akrab dengannya.

"Saya enggak tahu Mas. Apakah ini penyakit. Pokoknya kalau di lingkungan baru, ada saja rasa ingin mengatakan begitu," katanya. Maksudnya, setiap di lingkungan baru keinginan untuk menyatakan butuh uang dan itu selalu muncul.


Selain di Kompas dan Hotel Mahakam, perempuan muda itu juga mengaku pernah menipu sejumlah mahasiswa di sebuah universitas di kawasan Kebayoran Baru dengan menjanjikan mereka pekerjaan sebagai sales promotion girl.

Masih banyak lagi sebenarnya orang yang dia tipu. Namanya juga sudah tercantum di situs pencarian berita Google.com. Diduga, masih ada banyak lagi korban yang belum diakuinya. Terakhir adalah seorang pria teman dekatnya yang dia tipu Rp 14 juta.

Menurut pengakuannya, ada saja cara untuk bisa mendapatkan uang dari calon korbannya, yang umumnya dikenal dengan akrab lebih dulu. Kadang bilang butuh uang untuk urusan tertentu, kadang menjanjikan pekerjaan seperti kepada para mahasiswa itu, tetapi kerap juga dengan alasan untuk bisnis.

Kepada sejumlah korbannya di Kompas, misalnya, dia mengaku bisnis voucer telepon seluler. Menurut dia, bisnis itu menjanjikan keuntungan, dan pinjaman dikembalikan dengan cara mencicil. Sejumlah korban mengakui bahwa piutangnya sudah sempat dikembalikan dua atau tiga kali. Namun, ada juga yang sama sekali belum.

Lalu untuk apa uang itu digunakan? "Saya juga enggak tahu. Enggak untuk macam-macam kok Mas. Paling untuk makan-makan dengan mereka-mereka juga. Kadang saya belikan makanan untuk teman-teman di kantor juga," katanya.

Untuk narkoba juga? "Enggak Mas. Boleh diperiksa deh," katanya tegas. Untuk memperkaya diri? "Enggak juga Mas. Misalnya untuk beli motor atau baju bagus. juga enggak," lanjutnya.

Sejumlah teman yang dia sebut namanya memang membenarkan bahwa Sel suka mengajak makan beramai-ramai. Juga pernah dibawakan kue atau makanan. Namun, nilainya tentu jauh lebih kecil dari total uang yang diraupnya, Rp 30,6 juta.

Ditanya lebih lanjut, Sel mengaku dirinya merasa senang kalau oleh lingkungannya dianggap tajir (kaya), bisa mentraktir, atau bagi-bagi makanan. "Pokoknya senang-senang saja," katanya.

Mengenai jumlah yang begitu besar, Rp 30,6 juta dalam waktu enam bulan, Sel mengaku pinjamannya tidak sekaligus. Setiap orang bisa dia pinjami beberapa kali dalam jumlah ratusan ribu atau Rp 1-Rp 2 juta. "Jadi tidak sekaligus Mas. Makanya habisnya juga dikit-dikit," katanya.

Baginya, menipu seperti sebuah kecanduan. Rasanya senang saja, bahkan dia menganggap ini sebuah penyakit dalam dirinya. Mungkin juga karena masa kecilnya yang dia katakan cukup berlimpah uang. Sampai dengan SMP, katanya, orangtuanya termasuk kaya. Ia bisa mentraktir teman-temannya. Ketika kondisi perekonomian orangtuanya sudah tak lagi seperti dulu, ia merasa dirinya masih kaya dan masih bisa bersenang-senang. Meskipun, untuk memuaskan rasa senangnya itu dia harus menipu.

Benarkah pengakuan itu? Tentu masih harus dibuktikan. Sebab, bagi mereka yang pernah mengenalnya dari dekat, hal itu sangat sulit dipercaya....

Source : kompas.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Blogger templates